Minggu, 05 Desember 2010

Bacharuddin Jusuf Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936; umur 74 tahun) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Keluarga dan pendidikan
Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie lahir pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo lahir di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai penilik sekolah. B.J. Habibie adalah salah satu anak dari tujuh orang bersaudara.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Ia belajar teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingineur pada 1960 dan gelar doctor ingineur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Pekerjaan dan karier
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.
Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
Masa Kepresidenan
Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat salah urus di masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Salah satu kesalahan yang dinilai pihak oposisi terbesar adalah setelah menjabat sebagai Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia. Pada masa kepresidenannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi disisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Kasus inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Pandangan terhadap pemerintahan Habibie pada era awal reformasi cenderung bersifat negatif, tapi sejalan dengan perkembangan waktu banyak yang menilai positif pemerintahan Habibie. Salah pandangan positif itu dikemukan oleh L. Misbah Hidayat Dalam bukunya Reformas Administrasi: Kajian Komparatif Pemerintahan Tiga Presiden.
Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan agenda reformasi memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus egosentisme sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bangsa. Untuk mengatasi persoalan ekonomi, misalnya, ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus. Dan pengusaha itu sendiri yang menanggung biayanya. Tugas tersebut sangat penting, karena salah satu kelemahan pemerintah adalah kurang menjelaskan keadaan Indonesia yang sesungguhnya pada masyarakat internasional. Sementara itu pers, khususnya pers asing, terkesan hanya mengekspos berita-berita negatif tentang Indonesia sehingga tidak seimbang dalam pemberitaan.
Masa Pasca Kepresidenan
Setelah ia turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center.
Dibandingkan dengan para mantan presiden sebelum era Susilo Bambang Yudhoyono, Habibie memperoleh nama harum di kalangan generasi muda pasca reformasi. Hal ini disebabkan bahwa ia mungkin adalah satu-satunya presiden dalam sejarah yang memegang negara yang mengalami disintergrasi parah, birokrasi yang bobrok dan militer yang mentalnya rendah tapi berhasil menyelamatkan negara tersebut dan memberi fondasi baru yang kokoh bagi penerusnya. Memang pada masa Habibie Indonesia harus melepas Timor Timur, tetapi ia berhasil mempertahankan wilayah eks Hindia Belanda tetap bersatu dalam Republik Indonesia.
Karya Habibie
• Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
• Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
• Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
• Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
• Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
• Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
• Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
• Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)

METODE PEMBELAJARAN (Metode Pemberian Tugas)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, maka semakin kompleks pula pelajaran yang harus disampaikan kepada siswa. Dalam hal inipun guru harus mampu dan dituntut untuk dapat menggunakan metode pembelajaran secara baik, sesuai dengan tujuan, bahan pelajaran, alat bantu dan evaluasi yang telah ditetapkan.
Metode pembelajaran merupakan salah satu alat untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan merupakan salah satu komponen yang harus dikuasai oleh guru, karena dengan menguasai metode pembelajaran, guru dapat mengkomunikasikan bahan pelajaran dengan baik dan terciptanya proses belajar mengajar yang efektif.
Proses pembelajaran adalah suatu aspek dari lungkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran turut menentukan sejauhmana lingkungan menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang baik adalah apabila bersifat menantang dan merangsang siswa belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan.
Kualitas belajar siswa dapat dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif, karena metode pembelajaran merupakan salah satu factor yang mendukung terhadap keberhasilan siswa disamping faktor-faktor lainnya, seperti bahan pelajaran, perlengkapan pelajaran, kondisi belajar dan sebagainya.
Untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa, guru dapat memberikan berbagai tugas secara bervariasi, aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama duduk di bangku kelas hendaknya tidak hanya terpaku kepada mendengarkan ucapan guru saja, tetapi ia harus aktif mengembangkan informasi yang diterimanya dari guru. Tugas yang diberikan biasanya aplikasi (penerangan) konsep-konsep atau teori-teori yang diberikan oleh guru.
Dengan cara seperti ini pemahaman siswa tentang pelajaran yang diberikan semakin matang. Proses berfikir siswa didalam menyelesaikan pengajaran akan lebih baik dibandingkan hanya mendengarkan ceramah saja
Berangkat dari pemikiran tersebut, maka penulis menetapkan kajian metode pembelajaran dan memfokuskan pada metode pemberian tugas. Karena metode pemberian tugas ini merupakan salah satu metode yang dapat mengembangkan tujuh keterampilan proses siswa.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Apa pengertian metode pembelajaran?
2. Apa pengertian metode pemberian tugas?
3. Apa kelebihan dan kekurangan metode pemberian tugas?
4. Bagaimana prosedur pemakaian metode pemberian tugas?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini ada dua macam, yaitu:
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang inin dicapai ialah memiliki kemampuan dan penguasaan terhadap metode pembelajaran, dapat mengembangakan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pendidikan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:
a. Ingin mengetahui pengertian metode pembelajaran
b. Ingin mengetahui pengertian metode pemberian tugas
c. Ingin mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pemberian tugas
d. Ingin mengetahui prosedur pemakaian metode pemberian tugas


II. KAJIAN TEORI
A. Pengertian Metode Pembelajaran
Proses pembelajaran harus menciptakan suasana yang dapat membina serta mengembangkan kreativitas, Karen adengan mengembangkan kreativitas berarti menimbulkan perasaan dihargai serta mendorong keberanian menciptakan gagasan kreatif bagi anak (Rusyan, 1996).
Untuk menciptakan susana tersebut maka diperlukan suatu cara yang disebut metode. Metode merupakan suatu tata cara untuk melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dan dalam proses pembelajaran berarti menggunakan metode pembelajaran yang tujuannnya erat dengan pelaksanaan proses bealajar mengajar. Secara lebih lanjut, berikut akan dipaparkan beberapa pengertian metode pembelajaran.
Menurut Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2007), metode pembelajaran adalah cara yang fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut S. Hamid Hasan (Supriatna, 2007), metode pengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa dalam belajar.
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran ialah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran agar siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan optimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal itu saling ketergantungan. Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan sangat bergantung pada pengaturan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.
Metode pembelajaran dapat menciptakan siswa belajar dengan baik dalam suasana yang wajar tanpa tekanan, dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Metode pembelajaran yang baik dapat memberikan bantuan dan bimbingan bagi siswa yang mendapat berbagai kesulitan belajar serta memberikan dorongan untuk memahami bahan pengajaran dalam berbagai kegiatan belajar, karena dalam kegiatan belajar siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan siswa berkomunikasi secara baik dengan guru, dengan teman, maupun dengan lingkungan sekitarnya. Kebutuhan akan bimbingan, bantuan dan perhatian guru bisa dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat beragam. Diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, eksperimen, demonstrasi, kerja kelompok, proyek, dan sebagainya. Dalam menggunakan metode pembelajaran, guru harus pintar dalam memilih mana yang terbaik. Karena tidak semua metode sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.
Djamarah, Syaiful Bahri (2005:229-231) dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Prikologis, mengemukakan bahwa dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar adalah:
1. Berpedoman pada tujuan
2. Perbedaan individual anak didik
3. Kemampuan guru
4. Sifat bahan pelajaran
5. Situasi kelas
6. Kelengkapan fasilitas
7. Kelebihan dan kelemahan metode
Diketahui pula bahwa dalam metode mengajar mempunyai hubungan yang erat dengan keterampilan proses dalam bentuk kemampuan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan.
Dari empat metode, yaitu pemberian tugas, eksperimen, proyek, dan diskusi dapat dikembangkan tujuh (seluruh) keterampilan proses. Dalam metode karyawisata dapat dikembangkan enam jenis keterampilan proses, kecuali meramalkan tidak termasuk didalamnya. Yang dikembangkan dari Tanya jawab dan demonstrasi adalah lima jenis keterampilan proses, yaitu kemampuan mengamati, menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan. Lain halnya dengan metode bermain peran/sosiodrama dan bercerita, didalamnya dapat dikembangkan empat jenis ketersmpilan proses yaitu kemempuan mengamati, menafsirkan, menerapkan, dan menkomunikasikan. Dua jenis keterampilan proses lainnya, yaitu mengamati dan mengkomunikasikan dapat dikembangkan dalam metode ceramah. Sedangkan metode latihan dapat dikembangkan tiga macam keterampilan proses, yaitu kemampuan mengamati, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
Diketahui bahwa metode pemberian tugas adalah metode yang terbanyak menampilkan segi-segi keterampilan proses. Begitu juga dengan metode diskusi, eksperimen, dan proyek. Keempat metode tersebut sama-sama menampilkan tujuh macam kemampuan dalam keterampilan proses. Sedangkan metode ceramah adalah metode yang paling sedikit menampilkan segi-segi keterampilan proses. Karenanya, metode ceramah yang sering digunakan guru dalam mengajar di kelas perlu dibatasi pemakaiannya.
B. Pengertian Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu tugas atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat dilakukan secara perseorangan atau secara kelompok sesuai dengan perintahnya. (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993)
Sedangkan Supriatna, Nana, dkk (2007:200) mengemukakan bahwa metode penugasan (pemberian tugas) adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan sebagai hasil dari tugas yang dikerjakannya. Metode ini mengacu pada penerapan unsure-unsur “learning by doing”.
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dengan cara guru memberikan tugas tertentu agar diselesaikan siswa sebagai salah satu bentuk kegiatan belajarnya, baik secara individu atau kelompok dan adanya laporan sebagai hasil dari tugas tersebut tanpa terikat dengan tempat.
Hal-hal yang hendaknya diketahui oleh guru dalam menggunakan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut:
1. Tugas dapat ditujukan kepada siswa secara perseorangan, kelompok, atau kelas
2. Tugas dapat diselesaikan atau dilaksanakan di lingkungan sekolah (dalam kelas atau luar kelas) dan di luar sekolah
3. Tugas dapat berorientasi pada satu bidang studi ataupun berupa integrasi beberapa bidang studi (unit)
4. Tugas dapat ditujukan untuk meninjau kembali pelajaran yang baru, mengingat pelajaran yang telah diberikan, menyelesaikan latihan-latihan pelajaran, mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan masalah serta tujuan yang lain
5. Metode pemberian tugas adalah sebagai komponen pengajaran di kelas jenjang dasar (elementary) atau sekolah dasar (Rosenshine dalam Supriatna, Nana, dkk, 2007:201). Namun demikian untuk menerapkan metode pemberian tugas secara efektif, guru hendaknya mempertimbangkan jumlah siswa, kemampuan siswa, dan jenis-jenis tugas yang diberikan.
Tujuan dari penggunaan metode penugasan adalah untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. (Sumantri, 1998/1999)
1. Jenis-Jenis Tugas
Davies (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993), mengemukakan bahwa beberapa tugas merupakan kegiatan akademis atau intelektual, sedangkan lainnya terutama berhubungan dengan keterampilan fisik. Selain itu, tugas seringkali merupakan kegiatan akademis/intelektual dan keterampilan fisik sekaligus.
Davies lebih lanjut mengutarakan bahwa untuk dapat mengemukakan tentang apa yang sebenarnya akan diajarkan (melalui sejumlah tugas), maka seorang guru memerlukan analisis tugas yang benar. Analisis tugas dilakukan dengan tujuan:
a. Menerangkan tugas yang harus dipelajari siswa
b. Mengisolasi tingkah laku yang diperlukan
c. Mengidentifikasikan kondisi dimana tingkah laku terjadi
d. Menetapkan suatu criteria untuk tingkah laku atau penampilan yang dapat diterima
Berdasarkan pendapat Davies dan Gage & Berliner, dapat dipisahkan jenis-jenis tugas berikut ini:
a. Tugas latihan
b. Tugas membaca/mempelajari buku tertentu
c. Tugas unit/proyek
d. Studi eksperimen
e. Tugas praktis
Sedangkan Rusyan, A. Tabrani (1996:14) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan cara:
a. Membuat rangkuman
b. Membuat makalah/paper
c. Menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu
d. Mengadakan observasi atau wawancara
e. Mengadakan latihan
f. Mendemonstrasikan sesuatu
g. Menyelesaikan pekerjaan tertentu
2. Syarat-Syarat Tugas
Penerapan metode pemberian tugas akan memberikan hasil optimal jika pada saat guru memberikan tugas memperhatikan syarat atau prinsip pemberian tugas. Kepedulian terhadap syarat-syarat pemberian tugas juga didasarkan pada adanya perbedaan karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, dan karakteristik tujuan. Adapun syarat-syarat pemberian tugas diantaranya sebagai berikut:
a. Kejelasan dan ketegasan tugas
b. Penjelasan mengenai kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi
c. Diskusi tugas antara guru-siswa
d. Kesesuaian tugas dengan kemampuan dan minat siswa
e. Kebermaknaan tugas bagi siswa
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas
1. Kelebihan Metode Pemberian Tugas
Kelebihan dari metode pemberian tugas adalah:
a. Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA)
b. Merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat de4nga guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah
c. Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa
d. Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajarai
e. Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi
f. Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama
g. Merangsang kegairahan belajar siswa karena dapat dilakukan dengan bervariasi
h. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa
i. Mengembangkan kreativitas siswa.
2. Kekurangan Metode Pemberian Tugas
Kekurangan metode pemberian tugas adalah:
a. Sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikerjakan orang lain
b. Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa
c. Tugas yang monoton dapat membosankan siswa
d. Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beba dan keluhan siswa
e. Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan pintar
f. Kurang adanya balikan bagi guru
D. Prosedur Pemakaian Metode Pemberian Tugas
Bellack dan kawan-kawan (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993), mengemukakan adanya rangkaian kegiatan yang diulang secara terus menerus dalam pemakaian metode pemberian tugas. Rangkaian kegiatan yang digambarkan oleh Bellack dan kawan-kawan tersebut adalah:
1. Guru menggambarkan secara singkat tentang topik atau isu yang didiskusikan, kemudian
2. Guru meminta suatu respons atau jawaban dari siswa tentang suatu pertanyaan/permasalahan, kemudian
3. Seorang siswa merespons atau menjawab pertanyaan/permasalahan, dan
4. Guru menanggapi jawaban-jawaban siswa
Langkah-langkah dalam pemakaian metode pemberian tugas adalah sebgaai berikut:
1. Fase pemberian tugas(persiapan)
a. Merumuskan masalah (scope and sequenes) dengan jelas
b. Mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas
c. Menentukan jenis tugas (kelompok/individu)
d. Memberikan penjelasan atau pengarahan sebelum pengarahan tugas
e. Memberikan petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
f. Menentukan limit waktu pelaksanaan
2. Fase pelaksanaan tugas
a. Mengadakan bimbingan/pengawasan dalam pelaksanaan tugas
b. Memberikan motivasi/dorongan sehingga anak mau bekerja
c. Memberikan pelayanan kebutuhan
d. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
e. Dianjurkan agar siswa menctat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik
3. Fase pertanggungjawaban tugas
a. Pelaporan secara lisan/tulisan, tindakan/demonstrasi
b. Melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan tugas
c. Melaksanakan penilaian proses dan hasil pelaksanaan
d. Mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa selama pelaksanaan tugas.






III. KESIMPULAN
Metode pembelajaran adalah suatu cara penyajian pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan salah satu factor terpenting yang mempengaruhi proses pembelajaran, karena menentukan bagaimana hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menciptakan suasana yang baik dan kondisi yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Kualitas belajar siswa dapat dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif. Tidak ada satupun metode pembelajaran yang baik dan sempurna. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, metode yang paling baik adalah metode yang cocok, relevan dengan materi, dan sesuai tujuan pembelajaran.oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan guru untuk memilih metode yang terbaik sangat diperlukan untuk keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Karena pemilihan metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Guru jangan sesuka hati memilih metode, ia harus berpedoman pada tujuan pembelajaran.
Dalam memilih metode pembelajaran harus memperhatikan kadar keterampilan proses yang dimiliki oleh setiap metode. Metode dengan kadar keterampilan proses yang tinggi lebih mengoptimalkan belajar siswa, salah satu metode dengan kadar keterampilan proses tinggi adalah metode pemberian tugas. Dan metode yang paling sedikit menampilkan segi-segi keterampilan proses ialah metode ceramah. Oleh karena itu, metode ceramah yang sering digunakan guru dalam mengajar di kelas perlu dibatasi pemakaiannya.

IV. DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Moedjiono dan Dimyati, M. (1992/1993). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Rusyan, A. (1996). Metode Pembelajaran. Jakarta: PT Amanah Duta.
Sumantri, M. d. (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD.
Supriatna, N. d. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.

Kamis, 02 Desember 2010

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Latar belakang
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom jatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal (9 agustus 1945), bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 agustus 1945 , Sutan Sjahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Sjahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi Peristiwa Rengasdengklok.
Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Subardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo keRengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor JenderalOtoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B. M Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).
Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan laguIndonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 1945. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Isi Teks Proklamasi
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Naskah Otentik
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal² jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-'05
Wakil2 bangsa Indonesia.
Peringatan 17 Agustus 1945
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing.
Lomba-lomba tradisional
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa
• Panjat Pinang
• Balap bakiak
• Tarik tambang
• Sepeda lambat
• Makan kerupuk
• Balap karung
• Perang bantal
• Pemecahan balon
• Pengambilan koin dalam terigu
• Lari Kelereng
Peringatan Detik-detik Proklamasi
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selaku Inspektur Upacara. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.